SISTEM PENGELOLAAN KESEHATAN TANAMAN (PKT) SECARA SISTEMIK PADA JAGUNG (Zea mays, L) TERSERANG PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis)

 

SISTEM PENGELOLAAN KESEHATAN TANAMAN (PKT)
SECARA SISTEMIK PADA JAGUNG (Zea mays, L)
TERSERANG PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis)






OLEH:
RIZKY ANANTIASTITI
18025010083
AGROTEKNOLOGI B


Sistematika Pelaksanaan PKT

* Tahap Persiapan
* Tahap Pelaksanaan
* Tahap Evaluasi

A.    TAHAP PERSIAPAN

1.      Pengambilan keputusan dan analisis usaha tani

Pembuatan keputusan penanaman jagung adalah diambil dengan pertimbangan bahwa tanaman jagung merupakan bahan pangan yang paling banyak dikonsumsi setelah beras di Indonesia. Jadi pertimbangan tersebut didasarkan dengan harga jual dan harga produksi. jagung juga memiliki permintaan tinggi diberbagai industri produksi. jagung dimanfaatkan sebagai bahan pangan seperti tepung dan produk olahan lainnya serta juga menjadi pakan ternak. Pengumpulan informasi pada aspek budidaya jagung seperti agroklimat, kondisi lahan dan tanah, pemilihan varietas yang cocok serta pemeliharaan yang tepat untuk budidaya jagung yang digunakan dalam perencanaan monitor operasi dan penanggulangan resiko dan ketidakpastian dalam produksi pertanian.

Analisis usaha tani jagung disuatu daerah juga digunakan dalam pertimbangan pengambilan keputusan budidaya. Analisis usaha tani yang digunakan antara lain data analisi BEP (Break Event Point) per tahun. Pertimbangan-pertimbangan yang juga harus dilakukan antara lain meliputi ketersediaan sumberdaya, pilihan teknologi, kendala yang dihadapi, pola konsumsi keluarga, dan harapan harga dari setiap komoditi. Pilihan itu selanjutnya berpengaruh terhadap polatanam dan teknologi yang akan dikembangkan, serta alokasinya pada berbagai tipe lahan yang dikuasai.

2.      Pengumpulan berbagai macam informasi, mengenai:

a.       Potensi genetic penuh tanaman

Gambar: Jagung varietas Bima

Pemilihan varietas jagung hibrida sangat penting dilakukan untuk untuk mengetahui potensi genetic yang dibawa oleh tanaman. Pemilihan varietas Bima yang diketahui bahwa varietas Bima inilah yang tahan terhadap penyakit bulai. Selain ketahanan terhadap penyakit bulai, karakter yang terdapat pada veritas Bima adalah bobot biomass daun, bobot biomass batang, bobot biomass total, bobot janggrel, bobot kelobot, rendemen dan hasil. Potensi genetic ini akan berpengaruh terhadap produktivitas jagung itu sendiri.

b.      Faktor-faktor yang membatasi tanaman mencapai potensi genetic

Factor -faktor yang membatasi tanaman mencapai potensi genetic adalah factor pembatas seperti iklim, kondisi tanah, laju fotosintesis, suhu, intensitas sinar matahari, kondisi hara tersedia dan hama penyakit yang menyerang  merupakan factor luar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung. Factor- factor pembatas pertumbuhan tanaman jagung yang paling banyak ditemukan dalam budidaya jagung adalah adanya hama dan penyakit yang menyerah terutama penyakit bulai yang mengakibatkan tanaman jagung mengalami kegagalan panen hingga 100%.

c.       Metode yang tersedia untuk mengatasi faktor-faktor pembatas

Metode-metode dalam mengatasi factor pembatas adalah Teknik yang digunakan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kegagalan panen pada budidaya jagung. Penggunaan pola tanam, pola drainase, melakukan monitoring pertanaman jagung merupakan metode yang digunakan untuk mengelola kesehatan tanaman jagung.

d.      Kondisi lahan yang dibutuhkan tanaman, meliputi : sifat dan kondisi tanah, cuaca, intensitas sinar

Kondisi lahan yang dibutuhkan dalam budidaya jagung adalah kondisi tanah yang gembur/subur dan lahan yang terbuka tidak boleh ternaungi, sinar matahari bersinar penuh. Suhu optimum antara 30-32 derajat Celcius, ketinggian tempat 0-800 mdpl, drainase baik dan tidak tergenang dengan ph tanah 6-7.

3.      Pemilihan lahan

Gambar : Lahan jagung

Pemilihan lahan yang cocok untuk digunakan dalam budidaya jagung adalah lahan yang tidak ternaungi, kondisi tanah yang gembur dan subur, terletak pada ketinggian 0-800 mdpl, suhu optimum antara 30-32 derajat Celcius, drainase baik dan tidak tergenang dengan ph tanah 6-7.

4.      Pemilihan kultivar tanaman

Kultivar tanaman yang digunakan untuk sistem pengelolaan kesehatan tanaman jagung adalah benih varietas bima yang tahan terhadap penyakit bulaidengan karakter genetic yang sudah terbukti bobot biomass daun, bobot biomass batang, bobot biomass total, bobot janggel, bobot kelobot, rendemen dan hasil yang tinggi. Sehingga kekuatan kultivar tanaman memenuhi kebutuhan produksi untuk memenuhi pasar.

5.      Pemilihan metode produksi

Metode produksi tanaman jagung dilakukan dengan pola tanam yang baik sesuai dengan kondisi lahan pertanaman jagung. Metode dengan pola tanam ini mempengaruhi hasil produksi jagung. Pola tanamn yang diguanakan dalam budidaya jagung adalah monokultur dan polikultur.

6.      Pemilihan masukan yang diaplikasikan

Gambar: Pemupukan pada jagung

    Masukan yang diaplikasikan disini dimaksudkan adalah pemberian nutrisi serta pemeliharaan kesehatan tanaman jagung. Pemupukan yang digunakan dalam pemberian nutrisi tanaman jagung diberikan pada awal pengolahan tanah yaitu pupuk kandang serta pemberian pupuk anorganik seperti Petroganik, ponska, dan urea dilakukan pada saat tanaman jagung mengalami fase vegetative.

A.   TAHAP  PELAKSANAAN

Untuk mencapai tujuan memperoleh tanaman jagung yang sehat yaitu jagung dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi genetiknya. Langkah-langkah pelaksanaan sistem pengelolaan kesehatan tanaman jagung antara lain sebagai berikut:

1.      Pengunaan bibit atau bahan tanam yang bebas pathogen dan berkualitas tinggi

Bahan tanam yang digunakan dalam sistem pengelolaan kesehatan tanaman jagung adalah penggunaan benih yang tahan terhadap penyakit bulai. Jagung hibrida Varietas Bima yang mempunyai keunggulan mempunyai potensi hasil yang tinggi, beradaptasi baik pada dataran rendah hingga ketinggian 1200 mdpl, tahan terhadap penyakit bulai, bercak daun dan karat daun. Varietas ini sangat potensial untuk dikembangkan secara komersial untuk mendukung swasembada jagung.

2.      Pengolahan, sanitasi dan pemupukan lahan

Pengolahan tanah dalam budidaya jagung dilakukan dengan menggemburkan tanah dengan pembalikan menggunakan handtraktor ataupun cangkul untuk penghilangan gulma dan membentuk larikan-larikan dan dilakukan pemupukan awal dengan pupuk kandang yang bersifat slow relase. Sanitasi tanah sangat diperlukan dengan menjaga aerasi lahan dengan melakukan pembalikan tanah agar terkena sinar matahari (solarisasi) dan melakukan penyiangan gulma untuk menghilangkan sumber inokulum jamur Peronosclerospora maydis yang merupakan penyebab penyakit bulai. Pemupukan dilakukan dengan pemupukan organic dan anorganik seperti pertoganik, ponska dan urea dengan cara tugal antara dua tanamn dan kemudian ditutup dengan tanah disekitarnya.

Gambar: Jamur Peronosclerospora maydis

3.      Penanaman bibit atau bahan tanam secara benar

Waktu tanam jagung sangat perlu diperhatikan guna mengetahui kondisi ketersediaan air dan curah hujan. Tanaman jagung umumnya ditanam pada musim kemarau pada sawah dan untuk di tegalan dapat dilakukan pada musim kemarau dan musim hujan. Jarak tanam jagung biasanya menggunakan 40x80 cm, 20x80 cm, 30x75 cm, 25x75 cm, jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan koefisien penggunaan cahaya, kompetisi hara, dang sangat mempengaruhi kesehatan tanaman. Cara tanam dengan cara ditugal, cuklak, sisipan dengan jumlah benih per lubang 1, 2, dan 3.

4.      Pengairan yang cukup dengan air yang bersih dan berkualitas tinggi

Pengairan budidaya jagung dilakukan setelah tanam, setelah pemupukan dan pada kondisi tanah yang kering. Sumber air yang digunakan untuk pengairan adalah air irigasi, sumur, sumur bor, waduk dan air hujan dan bukan dari sungai yang tercemar limbah dengan cara pengairan secara kocor, sirat dan leb.

5.      Pengelolaan hama, penyakit dan gulma secara terpadu

Pengelolaan hama penyakit secara terpadu sangat penting dilakukan pada tanaman jagung. Pengelolaan hama penyakit terpadu tanaman jagung dilakukan dengan cara pengendalian secara mekanis yang lebih utama, seperti pada pengendalian mekanis dengan cara pengambilan secara langsung pada ulat grayak. Jika dirasa kurang efektif maka dilakukan dengan musuh alami dan agensia hayati dan selanjutnya dilakukan penyemprotan pestisida dengan mematuhi anjuran yang berlaku.

Penyakit yang sering timbul apada pertanaman jagung adalah penyakit bulai, bercak daun dan karat daun yang menyebabkan pertumbuhan jagung terganggu. Pengendalian penyakit bulai dilakukan untuk mengatasi penyakit berdasarkan sistem pengelolaan kesehatan tanaman yaitu dengan Penggunaan varietas tahan seperti jagung hibrida varietas Bima-1, Bima-3, Bima-9, Bima14 dan Bima-15 serta jagung komposit varietas Lagaligo dan Lamuru. Sanitasi lingkungan pertanaman jagung sangat perlu dilakukan oleh karena penyiangan berbagai jenis rumput-rumputan dapat menjadi inang bulai sehingga menjadi sumber inokulum pertanaman berikutnya. Aplikasi Agens Hayati antagonis terhadap penyebab penyakit bulai dengan dengan jamur Trichoderma sp dan Gliocladium sp pada lubang tanam. Penyiangan tanaman jagung dilakukan dengan berbagai cara antara lain bubut, kecrik, danger dan bumbun. Rotasi tanaman dengan tujuan untuk memutus ketersediaan inokulum bulai dengan menanam tanaman dari bukan sereal. Eradikasi tanaman yang terserang bulai. Dan Penggunaan fungisida (b.a. Metalaksil) sebagai perlakuan benih (seed treatment) untuk mencegah terjadinya infeksi bulai lebih awal dengan dosis 2,5 -5,0 g/kg benih.

6.      Pemanenan, penanganan, dan penyimpanan hasil secara benar

Gambar: Panen jagung

Pemanenan pada tanaman jagung dilakukan pada jagung berumur lebih dari 100 hari dengan kondisi tanaman yang kering. Alat dan mesin yang digunakan dalam proses pemanenan jagung meliputi sabit (konvensional) dan alat pemanen jagung / corn harvester (modern). Pemanenan jagung dilakukan dengan memetik tongkol dan dikeringkan untuk selanjutnya dipipil (dipisahkan dari janggelnya). Penanganan pasca panen dilakukan dengan jagung dipanen pada saat sudah mencapai matang fisiologis. Pemanenan jagung dilakukan dengan dua acara yaitu dengan pemanenan dengan kelobot dan pemanenan tanpa kelobot, Pada pemanenan jagung dengan klobot, jagung berkadar air tinggi yaitu berkisar 30-40% dan jagung disabit setinggi pinggang, lalu jagung segera dipetik dan dipisahkan dari kelobotnya. Jagung yang sudah bersih kemudian dimasukkan dalam keranjang. Sedangkan untuk jagung tanpa klobot, jagung berkadar air rendah berkisar 17-20% dan jagung dipisahkan terlebih dari klobotnya terlebih dahulu lalu dipetik jagung tanpa harus menyabit batang jagung terlebih dahulu.

Gambar: Penanganan pasca panen

Penanganan pascapanen jagung sebagai produk biji-bijian meliputi panen, yang dapat dilakukan pada tingkat kadar masih tinggi (lebih dari 30%) ataupun ketika kadar air jagung sudah cukup rendah (20-25%), perontokan, dan pengeringan, baik pengeringan jagung tongkol maupun jagung pipil. Penyimpanan pada jagung terbagi menjadi 2 metode yaitu penyimpanan dalam karung dan penyimpanan curah. Penyimpanan jagung untuk benih sebaiknya dengan kadar air lebih kecil dari 14%, dan cara penyimpanannya yaitu didalam kantong-kantong kecil dan nantinya dimasukan lagi kekantong plastik agak besar untuk kemudian dimasukan kedalam kaleng dimana dilengkapi dengan sejumlah kapur tohor. Kaleng harus mempunyai tutup yang rapat. Penyimpanan untuk benih paling baik pada kadar air 9% dan pada suhu penyimpanan 21ºC. Pada kondisi ini penyimpanan dapat lebih lama dan proses penuaan diperlambat. Penyimpanan benih jagung dengan kadar air 13-14%, menggunakan kaleng tertutup rapat dapat mempertahankan daya tumbuh jagung selama 5 bulan.

A.   TAHAP  EVALUASI

Evaluasi dalam budidaya tanaman jagung yang dilakukan dengan sistem pengelolaan kesehatan tanaman (PKT) adalah dengan cara mencatat dan membuat data apa saja upaya yang pernah dilakukan dalam pengelolaan budidaya tanaman jagung. Data atau catatan tersebut berisi rekam jejak dalam budidaya tanaman jagung yang pernah dilakukan atau diperoleh dari berbagai sumber. Dengan evaluasi kita dapat mempelajari data-data dan menganalisis mengenai sejauh mana pengelolaan kesehatan tanaman jagung telah dilakukan, kesalahan-kesalahan apa yang dapat dilakukan dan upaya-upaya yang dilakukan untuk memperkecil permasalahan dalam budidaya jagung dalam keadaan terserang penyakit bulai. Sehingga didapatkan pedoman penanganan dan pengelolaan budidaya tanaman jagung dengan baik. 








Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL)

DATUM GEODETIK DAN SISTEM KOORDINAT

Sumber Daya Lahan dan Sistem Informasi Geografis (SIG)