SISTEM PENGELOLAAN KESEHATAN TANAMAN (PKT) SECARA SISTEMIK PADA JAGUNG (Zea mays, L) TERSERANG PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis)
SISTEM PENGELOLAAN
KESEHATAN TANAMAN (PKT)
SECARA SISTEMIK
PADA JAGUNG (Zea mays, L)
TERSERANG PENYAKIT
BULAI (Peronosclerospora maydis)
Sistematika Pelaksanaan
PKT
* Tahap Persiapan
* Tahap Pelaksanaan
* Tahap Evaluasi
A. TAHAP PERSIAPAN
1. Pengambilan
keputusan dan analisis usaha tani
Pembuatan
keputusan penanaman jagung adalah diambil dengan pertimbangan bahwa tanaman
jagung merupakan bahan pangan yang paling banyak dikonsumsi setelah beras di
Indonesia. Jadi pertimbangan tersebut didasarkan dengan harga jual dan harga
produksi. jagung juga memiliki permintaan tinggi diberbagai industri produksi.
jagung dimanfaatkan sebagai bahan pangan seperti tepung dan produk olahan
lainnya serta juga menjadi pakan ternak. Pengumpulan informasi pada aspek
budidaya jagung seperti agroklimat, kondisi lahan dan tanah, pemilihan varietas
yang cocok serta pemeliharaan yang tepat untuk budidaya jagung yang digunakan
dalam perencanaan monitor operasi dan penanggulangan resiko dan ketidakpastian
dalam produksi pertanian.
Analisis
usaha tani jagung disuatu daerah juga digunakan dalam pertimbangan pengambilan
keputusan budidaya. Analisis usaha tani yang digunakan antara lain data analisi
BEP (Break Event Point) per tahun. Pertimbangan-pertimbangan yang juga harus
dilakukan antara lain meliputi ketersediaan sumberdaya, pilihan teknologi,
kendala yang dihadapi, pola konsumsi keluarga, dan harapan harga dari setiap
komoditi. Pilihan itu selanjutnya berpengaruh terhadap polatanam dan teknologi
yang akan dikembangkan, serta alokasinya pada berbagai tipe lahan yang
dikuasai.
2. Pengumpulan
berbagai macam informasi, mengenai:
a. Potensi
genetic penuh tanaman
Pemilihan
varietas jagung hibrida sangat penting dilakukan untuk untuk mengetahui potensi
genetic yang dibawa oleh tanaman. Pemilihan varietas Bima yang diketahui bahwa
varietas Bima inilah yang tahan terhadap penyakit bulai. Selain ketahanan
terhadap penyakit bulai, karakter yang terdapat pada veritas Bima adalah bobot
biomass daun, bobot biomass batang, bobot biomass total, bobot janggrel, bobot
kelobot, rendemen dan hasil. Potensi genetic ini akan berpengaruh terhadap produktivitas
jagung itu sendiri.
b. Faktor-faktor
yang membatasi tanaman mencapai potensi genetic
Factor
-faktor yang membatasi tanaman mencapai potensi genetic adalah factor pembatas
seperti iklim, kondisi tanah, laju fotosintesis, suhu, intensitas sinar matahari,
kondisi hara tersedia dan hama penyakit yang menyerang merupakan factor luar yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman jagung. Factor- factor pembatas pertumbuhan tanaman jagung
yang paling banyak ditemukan dalam budidaya jagung adalah adanya hama dan
penyakit yang menyerah terutama penyakit bulai yang mengakibatkan tanaman
jagung mengalami kegagalan panen hingga 100%.
c. Metode
yang tersedia untuk mengatasi faktor-faktor pembatas
Metode-metode
dalam mengatasi factor pembatas adalah Teknik yang digunakan untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya kegagalan panen pada budidaya jagung. Penggunaan pola
tanam, pola drainase, melakukan monitoring pertanaman jagung merupakan metode
yang digunakan untuk mengelola kesehatan tanaman jagung.
d. Kondisi
lahan yang dibutuhkan tanaman, meliputi : sifat dan kondisi tanah, cuaca,
intensitas sinar
Kondisi
lahan yang dibutuhkan dalam budidaya jagung adalah kondisi tanah yang
gembur/subur dan lahan yang terbuka tidak boleh ternaungi, sinar matahari
bersinar penuh. Suhu optimum antara 30-32 derajat Celcius, ketinggian tempat
0-800 mdpl, drainase baik dan tidak tergenang dengan ph tanah 6-7.
3. Pemilihan lahan
Pemilihan
lahan yang cocok untuk digunakan dalam budidaya jagung adalah lahan yang tidak
ternaungi, kondisi tanah yang gembur dan subur, terletak pada ketinggian 0-800
mdpl, suhu optimum antara 30-32 derajat Celcius, drainase
baik dan tidak tergenang dengan ph tanah 6-7.
4. Pemilihan
kultivar tanaman
Kultivar
tanaman yang digunakan untuk sistem pengelolaan kesehatan tanaman jagung adalah
benih varietas bima yang tahan terhadap penyakit bulaidengan karakter genetic
yang sudah terbukti bobot biomass daun, bobot biomass batang, bobot biomass
total, bobot janggel, bobot kelobot, rendemen dan hasil yang tinggi. Sehingga
kekuatan kultivar tanaman memenuhi kebutuhan produksi untuk memenuhi pasar.
5. Pemilihan
metode produksi
Metode produksi tanaman
jagung dilakukan dengan pola tanam yang baik sesuai dengan kondisi lahan
pertanaman jagung. Metode dengan pola tanam ini mempengaruhi hasil produksi
jagung. Pola tanamn yang diguanakan dalam budidaya jagung adalah monokultur dan
polikultur.
6. Pemilihan
masukan yang diaplikasikan
Masukan yang diaplikasikan disini dimaksudkan adalah pemberian
nutrisi serta pemeliharaan kesehatan tanaman jagung. Pemupukan yang digunakan
dalam pemberian nutrisi tanaman jagung diberikan pada awal pengolahan tanah
yaitu pupuk kandang serta pemberian pupuk anorganik seperti Petroganik, ponska,
dan urea dilakukan pada saat tanaman jagung mengalami fase vegetative.
A. TAHAP PELAKSANAAN
Untuk
mencapai tujuan memperoleh tanaman jagung yang sehat yaitu jagung dapat tumbuh
dan berkembang sesuai dengan potensi genetiknya. Langkah-langkah pelaksanaan
sistem pengelolaan kesehatan tanaman jagung antara lain sebagai berikut:
1. Pengunaan
bibit atau bahan tanam yang bebas pathogen dan berkualitas tinggi
Bahan
tanam yang digunakan dalam sistem pengelolaan kesehatan tanaman jagung adalah
penggunaan benih yang tahan terhadap penyakit bulai. Jagung hibrida Varietas
Bima yang mempunyai keunggulan mempunyai potensi hasil yang tinggi, beradaptasi
baik pada dataran rendah hingga ketinggian 1200 mdpl, tahan terhadap penyakit
bulai, bercak daun dan karat daun. Varietas ini sangat potensial untuk
dikembangkan secara komersial untuk mendukung swasembada jagung.
2. Pengolahan,
sanitasi dan pemupukan lahan
Pengolahan
tanah dalam budidaya jagung dilakukan dengan menggemburkan tanah dengan
pembalikan menggunakan handtraktor ataupun cangkul untuk penghilangan gulma dan
membentuk larikan-larikan dan dilakukan pemupukan awal dengan pupuk kandang
yang bersifat slow relase. Sanitasi tanah sangat diperlukan dengan menjaga
aerasi lahan dengan melakukan pembalikan tanah agar terkena sinar matahari
(solarisasi) dan melakukan penyiangan gulma untuk menghilangkan sumber inokulum
jamur Peronosclerospora maydis yang merupakan penyebab penyakit bulai.
Pemupukan dilakukan dengan pemupukan organic dan anorganik seperti pertoganik,
ponska dan urea dengan cara tugal antara dua tanamn dan kemudian ditutup dengan
tanah disekitarnya.
3. Penanaman
bibit atau bahan tanam secara benar
Waktu
tanam jagung sangat perlu diperhatikan guna mengetahui kondisi ketersediaan air
dan curah hujan. Tanaman jagung umumnya ditanam pada musim kemarau pada sawah
dan untuk di tegalan dapat dilakukan pada musim kemarau dan musim hujan. Jarak
tanam jagung biasanya menggunakan 40x80 cm, 20x80 cm, 30x75 cm, 25x75 cm, jarak
tanam mempengaruhi populasi tanaman dan koefisien penggunaan cahaya, kompetisi
hara, dang sangat mempengaruhi kesehatan tanaman. Cara tanam dengan cara
ditugal, cuklak, sisipan dengan jumlah benih per lubang 1, 2, dan 3.
4. Pengairan
yang cukup dengan air yang bersih dan berkualitas tinggi
Pengairan
budidaya jagung dilakukan setelah tanam, setelah pemupukan dan pada kondisi
tanah yang kering. Sumber air yang digunakan untuk pengairan adalah air
irigasi, sumur, sumur bor, waduk dan air hujan dan bukan dari sungai yang
tercemar limbah dengan cara pengairan secara kocor, sirat dan leb.
5. Pengelolaan
hama, penyakit dan gulma secara terpadu
Pengelolaan
hama penyakit secara terpadu sangat penting dilakukan pada tanaman jagung.
Pengelolaan hama penyakit terpadu tanaman jagung dilakukan dengan cara pengendalian
secara mekanis yang lebih utama, seperti pada pengendalian mekanis dengan cara
pengambilan secara langsung pada ulat grayak. Jika dirasa kurang efektif maka
dilakukan dengan musuh alami dan agensia hayati dan selanjutnya dilakukan
penyemprotan pestisida dengan mematuhi anjuran yang berlaku.
Penyakit
yang sering timbul apada pertanaman jagung adalah penyakit bulai, bercak daun
dan karat daun yang menyebabkan pertumbuhan jagung terganggu. Pengendalian penyakit
bulai dilakukan untuk mengatasi penyakit berdasarkan sistem pengelolaan
kesehatan tanaman yaitu dengan Penggunaan varietas tahan seperti jagung hibrida
varietas Bima-1, Bima-3, Bima-9, Bima14 dan Bima-15 serta jagung komposit
varietas Lagaligo dan Lamuru. Sanitasi lingkungan pertanaman jagung sangat
perlu dilakukan oleh karena penyiangan berbagai jenis rumput-rumputan dapat
menjadi inang bulai sehingga menjadi sumber inokulum pertanaman berikutnya.
Aplikasi Agens Hayati antagonis terhadap penyebab penyakit bulai dengan dengan
jamur Trichoderma sp dan Gliocladium sp pada lubang tanam. Penyiangan tanaman
jagung dilakukan dengan berbagai cara antara lain bubut, kecrik, danger dan
bumbun. Rotasi tanaman dengan tujuan untuk memutus ketersediaan inokulum bulai
dengan menanam tanaman dari bukan sereal. Eradikasi tanaman yang terserang
bulai. Dan Penggunaan fungisida (b.a. Metalaksil) sebagai perlakuan benih (seed
treatment) untuk mencegah terjadinya infeksi bulai lebih awal dengan dosis 2,5
-5,0 g/kg benih.
6. Pemanenan,
penanganan, dan penyimpanan hasil secara benar
Pemanenan
pada tanaman jagung dilakukan pada jagung berumur lebih dari 100 hari dengan
kondisi tanaman yang kering. Alat dan mesin yang digunakan dalam proses
pemanenan jagung meliputi sabit (konvensional) dan alat pemanen jagung / corn
harvester (modern). Pemanenan jagung dilakukan dengan memetik tongkol dan
dikeringkan untuk selanjutnya dipipil (dipisahkan dari janggelnya). Penanganan
pasca panen dilakukan dengan jagung dipanen pada saat sudah mencapai matang
fisiologis. Pemanenan jagung dilakukan dengan dua acara yaitu dengan pemanenan
dengan kelobot dan pemanenan tanpa kelobot, Pada pemanenan jagung dengan
klobot, jagung berkadar air tinggi yaitu berkisar 30-40% dan jagung disabit
setinggi pinggang, lalu jagung segera dipetik dan dipisahkan dari kelobotnya.
Jagung yang sudah bersih kemudian dimasukkan dalam keranjang. Sedangkan untuk
jagung tanpa klobot, jagung berkadar air rendah berkisar 17-20% dan jagung
dipisahkan terlebih dari klobotnya terlebih dahulu lalu dipetik jagung tanpa
harus menyabit batang jagung terlebih dahulu.
Penanganan pascapanen jagung sebagai produk biji-bijian meliputi panen, yang dapat dilakukan pada tingkat kadar masih tinggi (lebih dari 30%) ataupun ketika kadar air jagung sudah cukup rendah (20-25%), perontokan, dan pengeringan, baik pengeringan jagung tongkol maupun jagung pipil. Penyimpanan pada jagung terbagi menjadi 2 metode yaitu penyimpanan dalam karung dan penyimpanan curah. Penyimpanan jagung untuk benih sebaiknya dengan kadar air lebih kecil dari 14%, dan cara penyimpanannya yaitu didalam kantong-kantong kecil dan nantinya dimasukan lagi kekantong plastik agak besar untuk kemudian dimasukan kedalam kaleng dimana dilengkapi dengan sejumlah kapur tohor. Kaleng harus mempunyai tutup yang rapat. Penyimpanan untuk benih paling baik pada kadar air 9% dan pada suhu penyimpanan 21ºC. Pada kondisi ini penyimpanan dapat lebih lama dan proses penuaan diperlambat. Penyimpanan benih jagung dengan kadar air 13-14%, menggunakan kaleng tertutup rapat dapat mempertahankan daya tumbuh jagung selama 5 bulan.
A. TAHAP EVALUASI
Evaluasi dalam budidaya tanaman jagung yang dilakukan
dengan sistem pengelolaan kesehatan tanaman (PKT) adalah dengan cara mencatat
dan membuat data apa saja upaya yang pernah dilakukan dalam pengelolaan
budidaya tanaman jagung. Data atau catatan tersebut berisi rekam jejak dalam
budidaya tanaman jagung yang pernah dilakukan atau diperoleh dari berbagai
sumber. Dengan evaluasi kita dapat mempelajari data-data dan menganalisis
mengenai sejauh mana pengelolaan kesehatan tanaman jagung telah dilakukan,
kesalahan-kesalahan apa yang dapat dilakukan dan upaya-upaya yang dilakukan
untuk memperkecil permasalahan dalam budidaya jagung dalam keadaan terserang
penyakit bulai. Sehingga didapatkan pedoman penanganan dan pengelolaan budidaya
tanaman jagung dengan baik.
Maha usaha taninya?
BalasHapus